Pages

Rabu, April 06, 2016

i lost my grandma

hari jumat tanggal 18 kemarin, saya kehilangan nenek yang sangat saya sayangi.
sedih? iya.
tak terkatakan.

ini adalah kehilangan pertama saya.
meskipun kami sudah pernah ditinggalkan oleh eyang putri Kebumen (dari keluarga Bapak) sebelumnya. tapi saya tidak kenal dekat dengannya, kami juga jarang berjumpa selain saat momen lebaran), mbauti (sebutan untuk eyang putri) kebumen meninggal karena diabetes saat saya masih kerja sepertinya. entahlah, saya lupa. yang jelas, tidak banyak kenangan dengan mbauti Kebumen.

aku orang yang sangat beruntung. bahkan eyang buyut saya (dari keluarga bapak) pun masih ada sampai saya kuliah! sadly foto kami hilang entah kemana

hari jumat pagi kemarin ibuk datang ke surabaya karena mau main dulu dengan anak-anak sebelum senin terbang ke lombok karena ada acara keluarga. jadilah hari itu kami bergembira, ibuk bawa banyak jajanan sempol homemade dari malang, sore kami bermain ke kebun bibit, masuk ke toko murah dan pilih-pilih baju, lalu lupa ngga bawa duit dan terpaksa titip-besok-ambil. hehe.. bada magrib, ibuk dan saya silaturahim ke tetangga yang baru saja pulang umroh, kami tertawa bersama saling bercerita, tidak ada firasat apapun.
sempol homemade ala ibuk

seusai acara, sesampainya di rumah, om saya telfon ke hape saya, karena ada ibuk, pikir saya si om nyari ibuk, jadilah HP saya berikan ke ibuk, "buk, nih om iwan telpon"

baru sebentar, ibuk sudah menangis menjadi-jadi, teriak sekencang-kencangnya..
lepas tu, saya tau kalo mbauti sudah ngga ada. ibuk histeris, saya langsung mengabarkan bapak dan adik. Jumat malam itu, kami pulang ke rumah mbauti Malang.


keranda Mbauti sudah ada di ruang tamu.

semua mata sembab. kami datang jam 12 malam, berbarengan dengan saudara-saudara dari kota lainnya. mbakung (sebutan untuk eyang kakung) tampak tegar. ibu yang datang duluan masih lemas dan shock. kami semua menangis, dan tak ada yang mampu meredakan tangis kami, boro-boro mau peluk, mau puk-puk, semuanya sibuk menangis sendiri-sendiri.

kami sempat solat jenazah dan mencium eyang putri tersayang untuk terakhir kalinya.
inilah pertama kalinya saya melihat dan menyentuh mayat. ternyata saya tidak sepengecut yang saya duga. saya cium mbauti di keningnya, di pipinya yang sudah dingin seperti es. saya minta maaf sambil terisak-isak. ya, saya merindukannya..

you know what the worst part of losing someone you loved??
penyesalan yang besar di balik setiap air mata yang berjatuhan,
dan saat kami menangis semakin kencang, makin banyak pula kenangan yang datang. atau sekedar membaca ucapan belasungkawa pun, malah membut kami semakin sedih.
sama seperti ketika Ibu Cole Sear (the sixth sense) bertanya di depan makam neneknya "did i make you proud?", selalu ingin kami tahu jawabannya.
ibuk menyesal karena hari itu sebenarnya ingin telfon mbauti, pamitan mau ke lombok. atau menyesal karena sebelumnya Mbauti minta dicetakkan fotonya si kembar, dan ibuk belum sempat ke Fujifilm karena baru dapat foto yang bagus hari itu. atau menyesal karena terakhir bertemu, mbauti  memalingkan muka saat bicara dengan ibuk. ya, ibuk menyesal.

sepupuku, Ifa, si anak karate yang biasanya disuruh-suruh mbauti pun ternyata juga bisa menyesal. hari rabu sebelumnya, mbauti minta dianter ke pasar karena mau belanja banyak, tapi Ifa ngga bisa karena harus kuliah.

berbeda dengan salah satu tanteku, dia berhasil menuruti semua keinginnan mbauti. waktu gerhana, untuk pertama kalinya mbauti bilang pengen solat gerhana di Masjid Agung Jami'. mbauti pun diantar tante sambil menenteng tas baru, baju baru, dan bercerita kalo senang sekali dikasi tas dan baju dari siapa-siapa. diceritakannya semua kebahagiaannya. pulangnya, mbauti minta dianter silaturahim ke rumah kerabat-kerabatnya..

mbauti meninggal setelah berpamitan pada jamaah tahlil. ya, sesaat sebelum tahlilan dimulai, mbauti memberanikan diri untuk minta maaf ke seluruh jamaah yang hadir, setelah itu mbauti langsung meninggal.

sedih tak terungkapkan. bagaimana air mata menetes saat melihat lodeh terong masakan mbauti (which is my sister's favourite) tadi pagi masih ada di atas kompor, atau lihat ada  popmie sak- kresek  di dapur, yang katanya om tante, mbakung marah-marah waktu tau mbauti beli popmie banyak sekali. "buat apa?" katanya mbauti, buat cucu-cucunya nanti kalo main ke rumah.

momen lebaran terakhir

 tanggal 5 maret, saya bersyukur sekali, saya mau diajak ibuk pengajian di rumah tante, sama mbauti dan si kembar. masih teringat, mbauti duduk di depan ruko depan gang rumahnya, nunggu dijemput ibuk. sambil bawa kebo (karung) besar, yang isinya daun-daunan (kenikir, bayam dsb) untuk tante. hasil ramban ( memetik) di kebun belakang rumah.

mbauti di dalam mobil bercerita kalo kemarin habis jatuh sama mbakung, waktu mau slametan rumah baru Om, naik motor mau nglewati tanjakan, lha kok ngga kuat, langsung jatuh dan untungnya mereka ngga apa-apa "alhamdulillah ngga pernah sakit, ya paling cuman gatal-gatal ini aja". mbauti juga cerita kalo seneng banget pas dikasi tab sama ibuk, minta diisiin video si kembar lagi, atau lagu-lagu, katanya seneng banget liat vidio atau foto si kembar. bangga sekali aku waktu itu. berdoa semoga mbah panjang umur.

foto bareng mbauti sama tante, ibuk, si kembar dan bu nyai munawaroh




tapi sekarang mbauti sudah berpulang, and after this shocking moment, i promised to my self to enjoy every moment with my parents. i'll take so many photos with them. i'll try to make them happy.

penyesalanku?

orang jawa bilangnya "getun". rasa menyesal yang amat berat karena tidak terlaksana.bagaimana bisa saya dulu ngga membalas balik telfonnya :(


mbauti, 76 tahun, ngga pikun, jalan masi banter, dan masih suka jalan-jalan. selamat jalan mbah, semoga Allah menempatkan Mbauti di sisiNya. and i'll miss you forever. semoga Allah mempertemukan kita kembali di Jannah ya mbah. amin yra, mohon doanya ya

"Death is not the greatest loss in life. The greatest loss is what dies inside us while we live."

6 Agustus 1940 - 18 Maret 2016

Tidak ada komentar: